Senin, 30 April 2012

Pendidikan Seks Dalam Islam


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dewasa ini globalisasi telah merasuk di banyak lapisan masyarakat. Globalisasi ini mendukung berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. Sumbangsih kemajuan IPTEK terhadap pemenuhan kebutuhan manusia akan akses  informasi adalah manfaat fositif dari yang dirasakan manusia . Namun seiring dengan kemajuan itu, timbul pula suatu efek negetif berupa penyalah gunaan yang berakibat sangat fatal bagi generasi penerus bangsa yaitu kebebasan akan akses pornografi yang bisa di jelajah oleh semua usia dan kalangan.
Secara harfiyah pornografi diartikan sebagai bacaan atau gambar-gambar cabul.[1] Dalam Islam, mengumbar aurat, melukiskan atau menceritakan hubungan intim adalah dilarang, juga sesuatu yang dapat membangkitkan gairah seksual sehingga memicu penyaluran bukan pada tempat yang dihalalkan adalah haram. Sebab telah terbukti kerusakannya, tidak saja pada orang dewasa bahkan anak-anak yang belum menikah.
Akbibat dari penyalah gunaan tersebut sangat beragam, berdampak terbesar tenrunya adalah  rusaknya moralitas generasi bangsa terutama bagi anak-anak. Oleh karena itu perlu adanya usaha preventif dari orang tua dan guru sebagai usaha pengajaran dan penyadaran akan pendidikan seks bagi anak-anak.
Selain dikarnakan dampak globalisasi. Dewasa ini anak sering mengalami kebingungan dan keraguan menjalani tugas perkembangannya terutama dibidang seksualitas, hal ini disebabkan adanya beberapa penomena sebagai berikut:[2]
1.      Mereka melihat angka perceraian melonjak tinggi, sehingga secara mental, mereka merindukan perkawinan yang lestari.
2.      Ditengah-tengah masyarakat yang merelatifkan semua nilai, mereka mendambakan nilai absolut, ditengah-tengah masyarakat yang saling mencurigai, mereka mendambakan kesetiaan.
3.      Ditengah-tengah masyarakatb yang hiruk-pikuk dan saling mengenal, mereka mendambakan ketenangan dan kesendirian merenungi dirinya sebagai laki-laki / wanita.
4.      Dalam masyarakat yang materialistik, untuk mendambakan semangat kemiskinan, dan menerima pribadi apa adanya.
5.      Melihat wanita diperbudak, seks diperdagangkan, orang tua mencari kesenangan tanpa memperdulikan anaknya, mereka merindukan orang rua yang bertanggung jawab dan rumah tangga yang damai.
6.      Melihat masyarakat yang serba merasionalkan sesuatu, tenggelam dalam keangkuhan, kekuatan dan ilmu oengetahuan, anak mendambakan kecintaan dan kebijaksanaan.
Dari permasalahan diatas yang menjadi latar belakang permasalahan, maka perlu adanya upaya dalam meyelesaikan permasalahan dengan baik dan benar.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa dampak pornografi bagi tumbuh kembang anak ?
2.      Bagaimana peran orang tua dan guru mengatasi dan mengajarkan pendidikan seks kepada anak-anak?
3.      Bagaimana pandangan Islam mengenai pendidikan seks?







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Dunia Anak
1.      Pengertian Anak
Menurut Imam Barnadib dalam bukunya “Pendidikan Perbandingan” dari hasil peneleitian tentang anak, ia menggambarkan anak sebagai makhluk aktif, penuh spontanitas dan mempunyai kemampuan aktif.[3] Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Hadari Nawawi berpendapat bahwa anak adalah orang yang belum dewasa dan berada dalam masa perkembangan menuju pada kedewasaan masing-masing.[4] Pendapat tersebut sejalan dengan pengertian anak yang diungkapkan oleh Zakiyah Darajat bahwa anak adalah seorang atau sekelompok orang yang belum dewasa yang masih dalam taraf perkembangan dan memerlukan bimbingan dan pembinaan dari orang dewasa.[5]
Tiga definisi diatas menunjukan pengertian anak secara luas, yang dimaksud anak dari definisi tersebut adalah semua orang yang masih dalam taraf perkembangan dan belum dewasa, yang meliputi:
a.       Masa bayi
b.      Masa kanak-kanak
c.       Masa usia sekolah dasar
d.      Remaja
Kemudian setelah itu tidak lagi disebut anak tetapi merupakan individu yang telah dewasa. Bila merujuk pada pendapat di atas, berarti yang dimaksud dengan anak adalah orang yang beumur nol sampai 21 tahun, karena batasan anak adalah kedewasdaan seseorang dan pada umumnya orang tersebut disebut dewasa apabila mencapai usia 21 tahun.
Lain halnya dengan pengertian anak menurut Dr. Kartini Kartono. Menurut beliau, anak adalah manusia kecil yang usianya antara 6-12 tahun.[6] Pengertian ini tentunya lebih sempit dibandingkan pengertian di atas sebab pengertian yang beliau kemukakan hanya meliputi sebagian tahapan dari beberapa perkembangan anak.
2.      Ciri-ciri Khas Anak
Sis. Heyster seorang ilmu pengetahuan jiwa anak membagi masa anak menjadi stadium yang mencerminkan ciri-ciri khas anak, yaitu[7]:
a.      Stadium Pertama (4-8 Tahun)
Disebut sebagai stadium Realis Fatastis. Pada masa ini anak sudah mulai melepaskan diri dari lingkungan keluarga dan mulai mengenal orang lain. Mereka memenuhi pikiran jiwanya dengan menggunakan permainan dan fantasinya sebagai suatu kenyataan.
b.      Stadium II (8-10 Tahun)
Disebut sebagai stadium Realisme Naif. Ciri stadium ini adalah keserasian bersekolah yang lebih besar, lebih mudah dan mengikuti pelajaran. Dia mulai bekerja dengan analisis yang objektif dan mempunyai pengetahuan yang lebih besar meskipun masih dangkal dan bersifat naif, pengetahuannya terpisah-pisah senang menyelidiki dan memproduksi tanggapannya dengan baik-baik terhadap sesuatu yang telah diamati.
c.       Stadium III (10-12 Tahun)
Masa ini disebut masa Realisme Refleksif. Cirinya adalah anak mulai berfikir terhadap realita dan mereaksinya secara kritis dan berdasarkan pertimbangan. Masa ini enderung  lebih senang dalam keadaan bebas.




B.     Pertumbuhan dan Perkembangan Seks Anak
Dalam kehidupan anak, ada dua proses yang beropesari secara terus menerus yaitu pertumbuhan dan perkembangan, dimana kedua proses tersebut berlangsung secara interdependensi.
Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai akibat dari peoses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara bertahap dan normal pada anak yang sehat pada siklus waktu tertentu. Sedangkan perkembangan adalah merupakan suatu perubahan psikofisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada anak yang ditunjang oleh faktor lingkungan serta proses belajar dalam siklus waktu tertentu.
Dalam pertumbuhan seksual anak, dapat dilihat dari adanya atau munculnya ciri-ciri badaniyah yang nampak dari luar dan kelnjar-kelenjar indoktrin yang berkaitan dengan seks. Ciri-ciri badaniah tersebut akan membedakan antara jenis seks laki-laki dengan peremuan, sedangkan kelenjar indoktrin akan mempengaruhi seksualitas anak.[8]
Perkembangan seksual dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu faktor intern (bakat) dan faktor ekstern (lingkungan).[9] Jadi pertumbuhan-pertumbuhan yang terjadi, selain dipengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan fisik juga dipengaruhi oleh pendidikan keluarga yang didalamnya terdapat peran keluarga terutama kedua orang tuanya.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan pertumbuhan seksual anak adalah suatu perubahan fisiologis pada diri anak sebgai akibat dari adanya proses pematangan fungsi-fungsi seksualnya. Istilah pertumbuhan seksual anak adalah meliputi pertumbuhan-pertumbuhan yang bersifat badaniyah, seperti mulai bekerjanya hormon seksual anak yang mempengaruhi pertumbuhan-pertumbuhan fisiknya seperti tumbuhnya rambut/ bulu pada area tertentu, jakung, payudara dan lain-lain.
C.    Dampak Pornografi bagi Anak
1.      Hamil diluar nikah
Masalah ini jelas merupakan resiko yang paling utama jika kita melakukan seks sebelum nikah, atau berhubungan badan ketika kita masih pacaran. 9 dari 10 pasangan muda-mudi yang kini telah menikah berkata bahwa pernikahannya terjadi karena faktor hamil duluan. Jika kita menikah karena hamil diluar nikah maka bersiaplah dengan resiko sebuah pernikahan.

2.      Secara fisik anda akan nampak lebih kendor
Fisik bagi remaja adalah salah satu sarana pergaulan yang bagus. Dengan fisik yang sempurna, anda akan dengan mudah mendapat teman bukan, bahkan mendapat pacar yang anda inginkan pun anda mungkin saja bisa. Namun jika anda pernah melakukan hubungan badan dengan lawan jenis (terlebih wanita) maka anda akan nampak lebih kendor dari pada teman anda yang belum pernah melakukan hubungan intim. Payudara mengendor, bokong kendor dan ciri fisik lain yang sudah mulai berubah.

3.      Secara mental anda akan merasa bersalah
Bagi orang normal, perbuatan seks bebas adalah perbuatan yang menyimpang dan dosa. 10 dari 10 wanita yang pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah mengaku menyesal dengan apa yang sudah ia lakukan.

4.      Anak akan menjadi pecandu
Alasan beberapa orang untuk tidak menghentikan kebiasaannya melakukan seks diluar nikah adalah karena sulitnya membendung hasrat untuk tidak melakukan perbuatan mesum itu lagi. Mereka mengaku seperti kecanduan, dan ingin terus melakukannya lagi. Itulah sebabnya Seks bagaikan candu yang siap menghinggapi siapa saja yang telah mencobanya. Maka jangan coba-coba melakukan seks bebas, apalgi bagi anda yang masih pelajar.

5.      Resiko terjangkit PMS (penyakit menular seks)
Penyakit seks bisa saja menjumpai seseorang yang suka melakukan hubungan badan tidak dengan pasangan anda, hati-hatilah.

6.      Aborsi dan dosa besar
Ketiika seseorang  hamil diluar pernikahan, tentu saja anda akan bingung dan mencari cara agar tidak ketahuan oleh orang lain. Nah cara aborsi ini yang sangat berbahaya, disamping berbahaya bagi keselamatan jwa anda juga dosa besar bagi anda yang telah membunuh anak anda sendiri.

D.    Pentinya Pendidikan Seks Bagi Anak
1.      Pengertin Pendidikan Seks
Pendidikan seks adalah bagian dari komponen pokok kehidupan yang dibutuhkan manusia, karena pada dasarnya mengkaji pendidikan seks pada hakekatnya adalah mengkaji kebutuhan hidup.[10] Kajian seks dalam konsep pendidikan lebih menitik beratkan pada bidang kurikulum. Karena selama ini terdapat dua kubu yang pro dan kontra menanamkan pendidikan seks di bangku sekolah. Berdasarkan penelitian Lund University dari Swedia dan WHO di 26 Negara Ero[a dari 53 Negara Eropa yang tergabung dalam kerja WHO, seperti Beanda dan Denmark yang mendukung adanya pendidikan seks, akan tetapi, Republik Ceko, Inggris, Italia, Polandia, Jerman, dan Irlandia menolak.[11]


2.      TujuanPendidikan Seks
Meski adanya prokontra mengenai pandidikan seks jika merujuk kepada keterangan di atas, namun bisa kita anaisis panting atau tidaknya dari aspek tujuan di adakannya pendidikan seks. Berikut tujuan pendidikan seks menurut Moh. Rosyid. M.Pd. adalah:
a.       Memeberikan pemahaman dengan benar tentang materi pendidikan seks diantaranya memahami organ reproduksi, identifikasi dewasa/ baligh, kesehatan seksual, mengetahui penyimpangan-penyimpangan seksual dan mengetahui bahanyanya seks bebas.
b.      Menepis pandangan khayalak umum tentang pandidikan seks yang dianggap tabu, tidak islami, seronok dan lain-lain. Karena ketidak tahuannya itu tentang muatan pendidikan seks sendiri dan terlalu ekstrimis memandang pendidikan seks adalah yang menjadi alasan faham yang menganggap psndidikan seks itu tabu.
c.       Pemahaman terhadap pendidikan seks pada dasarnya adalah memahami ajaran agama.
d.      Pemberian materi pendidikan seks yang disesuaikan dengan usia peserta didik memberi harapan baru mencetak generasi yang cerdas dan terjaga dan sehat.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa pendidikan seks itu perlu dilaksanakan, walaupun bukan muatan pendidikan yang terdaftar dalam ranah kurikulum yang ditetapkan, namun pendidikan seks bisa dilakukan dengan menyelipkan informasi yang gunanya untuk menyadarkan peserta didik mengenai pentingnya pendidikan sek. Hal ini bisa dilakukan oleh guru ketika siswa berada di lingkungan sekolah, ataupun orang tua ketika anak berada di lingkungan masyarakat.



E.     Peran Guru dan Orang Tua
Dunia yang sarat akan imitatif, artinya apa yang mereka tangkap dengan indra mereka bisa jadi itu yang akan dilakukannya, oleh karena itu perlu adanya pendampingan dari orang tua dirumah dan guru disekolah agar anak tidak terjerumus kedalam dampak negatif dari informasi yang membawa mereka kepada pergaulan bebas yang berujung kepada gaya hidup yang tidak baik.
Menurut Muhammad Sa’id Mursi, pendidikan seks dapat dimulai sejak dini, karena pendidikan seks tidak hanya mencakup pada pertanyaan dan jawaban belaka. Contoh teladan, pembiasaan akhlak yang baik, penghargaan terhadap anggota tubuh, menanamkan rasa malu bila aurat terlihat orang lain ataupun malu melihat aurat orang lain dan lain sebaginya juga termasuk pendidikan seks bagi anak-anak perlu ditanamkan dalam diri anak sejak dini. Berikut dibawah ini adalah upaya guru dan orang tua untuk mengjarkan pendiikan seks pada anak-anak:
1.      Peran Orang Tua Dalam Mengajarkan Pendidikan Seks Pada Anak
a.      Siap memberikan pendidikan seks setiap saat
 Menghadapi perkembangan seks pada anak dan kelakuan anak yang selalu ingin tahu terhadap seks yang kemungkinan bisa muncul sewaktu-waktu, sebagai orang tua kita harus selalu siap dan harus dapat menyesuaikan diri, serta memanfaatkan kesempatan untuk memberikan bimbingan. Misalnya, ketika nonton TV bersama anak, lalu muncul tayangan kekerasan atau pun pelecehan seksual, harus segera memberikan bimbingan kepada anak agar anggota tubuhnya sendiri tidak dibiarkan untuk sembarangan disentuh oleh orang lain, suatu konsep untuk menghormati dan menghargai tubuh sendiri.
b.      Memberi teladan dan bimbingan lisan secara bersamaan
Sikap dari pelaksana pendidikan seks sangatlah penting, sikap dan kelakuan dari para orang tua sering kali menjadi panutan bagi anak-anak mereka, menjadi bahan perbandingan, bersamaan itu juga dimanifestasikan dalam tingkah lakunya. Jika orang tua mereka sendiri memiliki sikap seks yang tidak tepat, misalkan menganggap seks itu kotor, tabu dan berdosa, maka bisa mempengaruhi secara langsung konsep seks pada diri anak-anak.
c.       Menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat
Para orang tua harus memperkaya diri dengan pengetahuan dan informasi tentang seks yang benar, dan ketika anak mengajukan pertanyaan, harus didengar dan dipahami motif di balik pertanyaan anak itu, mengklarifikasi masalah dari anak, serta memberi jawaban yang sederhana dan tepat. Misalkan, ketika memberi bimbingan yang berkaitan dengan alat kelamin harus menggunakan istilah yang benar seperti 'penis' dan jangan menggunakan istilah 'burung' atau lainnya sebagai pengganti. Biarkan anak mengenal istilah yang benar sejak dini. Ketika memberikan bimbingan dan menjawab pertanyaan, sikap harus rileks dan wajar, jangan membiarkan perasaan dan nada suara tegang mempengaruhi anak.
d.      Penekanan untuk menghormati dan privasi
Menghormati dan privasi adalah konsep penting di dalam pendidikan seks, biarkan anak dalam penjelajahan rasa ingin tahunya tentang seks, mereka juga belajar menghormati orang lain. Memberi bimbingan jangan sembarangan menjamah bagian tubuh yang bisa membuat orang lain tidak nyaman, misalnya bagian dada dan lain-lain.

Pendidikan seks bila dilakukan oleh orang tua sebagai orang yang paling dekat bagi si anak akan dapat membuat anak merasa aman selama dalam proses penjelajahan terhadap masalah seks. Dan dengan peran orang tua untuk berkomunikasi dalam keluarga secara positif dapat membuat anak mengerti bagaimana mencegah berperilaku negatif. Penyampaian pengetahuan seks secara benar, akan menentukan nilai pandang dan sikap mereka terhadap seks, dan hal ini juga sangat menentukan keharmonisan keluarga anak di kemudian hari.

1.      Peran Guru Dalam Mengajarkan Pendidikan Seks Pada Anak
Guru adalah pusat informasi sekaligur pusat perubahan bagi siswa dikeas, oleh karena itu guru mempunyai peran yang penting dalam mengajarkan pendidikan seks kepada siswa dengan menggunakan materi dan metode yang sesuai dengan usia peserta didik. Berikut adalah materi dan metode pendidikan seks pada anak.
a.      Materi Pendidikan Seks pada Anak
Materi secara umum berarti isi dari sesuatu/ bahan.[12]adapun yang dimaksud dengan materi pendidikan seks adalah bahan yang harus disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang dalam usaha membimbing dan mengarahkan perkembangan seksual agar is terbebas dari manipulasi dibidang seks dan dapat bertanggung jawab terhadap seksualitasnya.
Rono Sulistyo dalam bukunya “Pendidikan Seks” membuat rencana pendidikan seks menurut golongan umur sebagai berikut:[13]
1.      7-10 tahun
Materi tentang reproduksi pada umumnya yang terjadi pada binatang-binatang kemudian disusul tentang konsep pada manusia, mulai bertemunya ovum dengan sperma.
2.      11-13 tahun
Mengenai embriologi alat kelamin dalam, anatomi, dan terjadinya tanda-tanda kelamin sekunder, menstruasi, uraian mendetai tentang konsepsi dan persalinan, perkosaan, dan penyimpangan-penyimpangan prilaku seksual bila mereka menanyakannya. Perlu diberikan nasihat pada mereka tentang sikap hati-hati terhadap orang yang tidak dikenal.
3.      14-16
Materi-materi mengenai seksual intercouse, premerital intercouse, promiscuity, illigtimasi, dan VD, sera diterangkan aspek-aspek sosial dari hubungan seks dan tanggung jawab dari hubungan seks. Selain itu perlu adanya diskusi-diskusi tentang rumah tangga dan keluarga sebagai dasar dari suatu masyarakat.
Dr. A. Nasikh Ulwan mengemukakan dasar-dasar materi pendidikan seks berdasarkan tingkat usia anak sebagai berikut:[14]
1.      Usia 7-10 Tahun
Anak diajari sopan santun, seperti meminta izizn masuk rumah dan sopan santun memandang.
2.      Usia 10-11 Tahun
Anak dijauhkan dari hal-hal yang membangkitkan nafsu birahi. Penulis tambahkan seoerti membatsi tontonan-tontonan yang kurang baik di televisi, membaca dan melihat hal-hal yang fulgar.
3.      Usia 14-16 tahun
Anak diajari etika bergaul dengan lawan jenis bila ia sudah matang untuk menempuh perkawinan.
4.      Setelah melewati usia remaja, anak diajari etika menahan diri bila ia belum mampu kawin.
Dari pendapat yang berbeda diatas, penulis lebih setuju kepada pendapat yang kedua, dimana nilai-nilai agama harus disampaikan seiring dengan menyampaikan pandidikan seks. Nilai-nilai agama harus ditanamkan sekuat mungkin pada anak, sehingga nilai-nilai agama tersebut menjadi prinsip dalam hidupnya.
F.     PANDANGAN ISLAM TERHADAP PENDIDIKAN SEKS
Dalam lingkup Pendidikan Islam, Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan akhlak dan pendidikan akhlak merupakan bagian dari pendidikan agama Islam.[15] Oleh karena itu, dasar pendidikan seks sama dengan dasar pendidikan agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Adapun yang menjadi dasar dan petunjuk pelaksanaan pensisikan seks dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan
Dan dasar Pendidikan seks dalam hadits adalah sebagai berikut yang artinnya:
Dari Abi Hurairah r.a berkata: ketika Rasulullah SAW ditannya: apakahyang banyak memasukan orang kedalam surga? Beliau menjawab: “takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”. Dan ditanya apakah yang banyak memasukan orang ke dalam neraka? Beliau menjawab: “mulut dan faraj.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Hadis ini Hasan dan Sohih).[16]

Dari ayat dan hadits diatas, memberikan pengertian bahwa ada perintah untuk memberi bimbingan dan penyelenggaraan pendidikan, baik terhadap diri sendiri maupun kepada keluarga agar tetap berada dijalan yang diridhoi Allah dan terhindar dari godaan-godaan yang dapat menyesatkan dan memasukan mereka kedalam api Neraka. Salah satu godaan itu adalah nafsu seksual yang tak terkendali dan terlepas dari kontrol iman.
Telah menjadi sunatullah bahwa untuk melangsungkan kehidupan makhluk hidup, Allah menjadikan sesuatu berpasang-pasangan dalam dunia manusia. Allah menjadikan jenis laki-laki dan perempuan, yang mana keduanya terdapat perbedaan yang merupakan ciri masing-masing, oleh karena adanya perbedaan jenis dan perbedaan ciri-ciri tersebut, maka diantara dua jenis itu saling mempunyai daya tarik dan secara naluri masing-masing mempunyai hasrat untuk saling mengadakan kontak. Apabila hasrat untuk mengadakan kontak itu dibiarkan bereaksi secara naluriah, tanpa diatur maka akan mengakibatkan terjadinya kontak-kontak dalam bentuk liar. Hal inilah yang mengakibatkan merosotnya martabat manusia dan membawanya terjerumus kedalam pergaulan bebas.[17]
Dari Hadits diatas tersirat makna bahwa pertumbuhan anak telah memasuki usia tamyiz mulai anak berusia tujuh tahun, masa anak mulai dapat membeda-bedakan banyak hal yang baik maupun buruk, anak juga sudah bisa membedakan antara jenis kelaminnya dengan jenis kelamin yang lain, laki-laiki ataupun perempuan. Mulai usia inilah Islam memberikan peraturan dalam beberapa hal yang dirasa dapat membimbing anak agar mereka tidak terjerumus kedalam penyimpangan-penyimpangan. Perhatian tersebut antara lain berupa perintah agar anak yang telah berusia tujuh tahun mulai dibiasakan mulai mengerjakan sholat dan dipisah tempat tidurnya. Perintah tersebut mengendung arti yang besar bagi masa depan anak, guna menanamkan jiwa keagamaan dengan jalan perbuatan yang dibiasakan sejak dini. Pemisahan tempat tidur anak amat penting artinya bagi pertumbuhan jiwa anak-anak termasuk perkembangan seksualnya.[18]
Menurut Ali Akbar, tanggung jawab orang tua dalam membentuk pribadi anak tidak hanya mencangkup masalah keimanan saja, tetapi juga pembentukan akhlaqul kaliimah, baik dalam akhlak seksual maupun akhlak lainnya. Dengan demikian, jelas bahwa aqidah,ibadah, dan akhlak mempunyai peranan yang besar dalam membentuk pribadi muslim pada anak.[19]
G.    Tujuan Pendidikan Seks Dalam Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Seks secara umum adalah menyiapkan dan membentuk manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia, dapat mempergunakan fungsi seksualnya dengan baik dan dapat bertanggung jawab terhadap seksnya baik dari segi individu, sosial dan agama.[20]
Sedangkan pendidikan seks diberikan kepada anak, secara umum mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.      Menjadikan anak bangga dengan jenis kelaminnya.
2.      Membantu anak merasakan bahwa seluruh anggota jasmani dan tahap-tahap pertumbuhannya sesuai dengan yang diharapkan.
3.      Mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi kepada dirinya.
4.      Anak mengerti masalah proses berketurunan dengan baik.
5.      Menciptakan kesadaran pada diri anak bahwa masalah seks adalah salah satu sisi fositif konstruktif dan terhormat dalam kehidupan masyarakat.
6.      Memperkenalkan etika yang berlaku dalam masyarakat.
Sedangkan tujuan dari pendidikan seks dalam pendidikan agama Islam adalah mempersiapkan seorang muslim yang mampu membangun keluarga yang sakinah mawadah warrohmah. Adapun tujuan pendidikan seks sebagaimana yang tersebut di atas dapat dilihat dari beberapa pendapat yang diutarakan oleh para pemikir Islam sebagai berikut:
1.      Tujuan diadakannya pendidikan seks menurut Sayyid Muhammad Ridho, adalah membantu anak didik agar dapat bertanggung jawab atas penggunaan alat kelaminnya, dan mampu menjaga dirinya dari pelanggaran-pelanggaran seksual.[21]
Ali Akbar menjelaskan bahwa pendidikan seks dilaksanakan dengan tujuan mengarahkan dorongan seksual kepada keimanan, kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu dengan menjalankan perintahnya, dan menjauhi larangannya.















BAB III
KESIMPULAN
Dampak dari pornografi sangat beragam, dari mulai dampak bagi diri sendiri seperti kondisi fisik yang cepat melemah maupun dampak sosial seperti halnya di jauhi dan dikucilkan oleh masyarakat. Namujn dampak yang paling besar adalah rusaknya moralitas generasi penerus negri.
Dunia yang sarat akan imitatif, artinya apa yang mereka tangkap dengan indra mereka bisa jadi itu yang akan dilakukannya, oleh karena itu perlu adanya pendampingan dari orang tua dirumah dan guru disekolah agar anak tidak terjerumus kedalam dampak negatif dari informasi yang membawa mereka kepada pergaulan bebas yang berujung kepada gaya hidup yang tidak baik.
Beritut beberapa cara orang tua untuk mengajarkan pendidikan seks kepada anak:
1.      Penekanan untuk menghormati dan privasi
2.      Menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat
3.      Memberi teladan dan bimbingan lisan secara bersamaan
4.      Siap memberikan pendidikan seks setiap saat

Selain orang tua guru juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengajaran pendidikan seks karena guru adalah pusat informasi sekaligur pusat perubahan bagi siswa dikeas, oleh karena itu guru mempunyai peran yang penting dalam mengajarkan pendidikan seks kepada siswa dengan menggunakan materi dan metode yang sesuai dengan usia peserta didik. Berikut adalah materi dan metode pendidikan seks pada anak.
Dr. A. Nasikh Ulwan mengemukakan dasar-dasar materi pendidikan seks berdasarkan tingkat usia anak sebagai berikut:[22]
1.      Usia 7-10 Tahun
Anak diajari sopan santun, seperti meminta izizn masuk rumah dan sopan santun memandang.
2.      Usia 10-11 Tahun
Anak dijauhkan dari hal-hal yang membangkitkan nafsu birahi. Penulis tambahkan seoerti membatsi tontonan-tontonan yang kurang baik di televisi, membaca dan melihat hal-hal yang fulgar.
3.      Usia 14-16 tahun
Anak diajari etika bergaul dengan lawan jenis bila ia sudah matang untuk menempuh perkawinan.
4.      Setelah melewati usia remaja, anak diajari etika menahan diri bila ia belum mampu kawin.

Dalam lingkup Pendidikan Islam, Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan akhlak dan pendidikan akhlak merupakan bagian dari pendidikan agama Islam. Oleh karena itu, dasar pendidikan seks sama dengan dasar pendidikan agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Dalam Al-Qur’an perintah untuk mendidik diri sendiri dan keluarga telah di tuliskan dalam Al-Qur’an QS At-Tahrim ayat 6 dan juga dari hadits nabi yang artinya:
Dari Abi Hurairah r.a berkata: ketika Rasulullah SAW ditannya: apakahyang banyak memasukan orang kedalam surga? Beliau menjawab: “takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”. Dan ditanya apakah yang banyak memasukan orang ke dalam neraka? Beliau menjawab: “mulut dan faraj.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Hadis ini Hasan dan Sohih).
Telah menjadi sunatullah bahwa untuk melangsungkan kehidupan makhluk hidup, Allah menjadikan sesuatu berpasang-pasangan dalam dunia manusia. Allah menjadikan jenis laki-laki dan perempuan yang  saling mempunyai daya tarik dan secara naluri masing-masing mempunyai hasrat untuk saling mengadakan kontak. Apabila hasrat untuk mengadakan kontak itu dibiarkan bereaksi secara naluriah, tanpa diatur maka akan mengakibatkan terjadinya kontak-kontak dalam bentuk liar. Hal inilah yang mengakibatkan merosotnya martabat manusia dan membawanya terjerumus kedalam pergaulan bebas.
Tujuan dari pendidikan seks dalam pendidikan agama Islam adalah mempersiapkan seorang muslim yang mampu membangun keluarga yang sakinah mawadah warrohmah
















DAFTAR PUSTAKA
A. Azhar Bashir, 1996, Ajaran Islam Tentang Pendidikan Seks, Hidup Berumah Tangga dan Pendidikan Anak, Bandung: Al-Ma’rif,
Nasikh Ulwan, 1996, Pendidikan Seks, Bandung: Remaja Rosda Karya
Zuhairini dkk, 1983, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional


[1] Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Arkola: Surabaya, tt), hlm 611
[2] Joban Suban Tukan, Metode Pendidikan Seks, Perkawinan dan Keluarga, (Jakarta: erlangga, 1994 ), hlm.17
[3] Imam Barnadib, Perbandingan Pendidikan, buku 1 (Yogyakarta: Andi Ofset, 1991), hlm. 79
[4] H. Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: Al-Ihklas, 1993), hlm. 115
[5] Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990 ), hlm. 109.
[6] Kartono Kartini, Psikologi Anak, Psikologi Perkembangan (Bandung: 1990), hlm. 133
[7] Agus Suyanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru ), hlm. 84.
[8] Sarito Wirawan Sarwono, Peranan Orang Tua dalam Pendidikan Seks, (Jakarta: Rajawali, 1992 ), hlm. 12
[9]Ibid, hlm. 52
[10] Moh. Rosyid, Pendidikan Seks, Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks Yang Lebih Normal, (Syiar Media Publising: Semarang, 2007) hlm. 83-84
[11] Jawa Pos, 14 Desember 2006, hlm.6
[12] Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983 ), hlm. 79
[13] Dr. R. Sulistyo, Pendidikan Seks, (Bandung: Ellstar, tt), hlm. 21-22
[14] Nasikh Ulwan Pendidikan Seks, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), hlm 1
[15] Ali Akbar, Seksualitas Ditinjau dari Hukum Islam, (Jakarta: Gholia Indonesia, 1982). Hlm.17.
[16] Ibid.,hlm. 511.
[17] A. Azhar Bashir, Ajaran Islam Tentang Pendidikan Seks, Hidup Berumah Tangga dan Pendidikan Anak, (Bandung: Al-Ma’rif, 1996), hlm. 10
[18] Suraji dan Sofiarahmawatie, Pendidikan Seks bagi Anak, Penduan Keluarga Muslim, (Jogjakarta: Pustaka Fahima, 2008), hlm.117.
[19] Ali Akbar, Op.Cit, hlm. 41
[20] Rono Sulistyo, Pendidikan Seks, (Bandung: Ellstar Offset, tt), hlm. 19.
[21] Sayyid Muhammad Ridho, Perkawinan dan Seks dalam Islam, (Jakarta: 1996), hal. 15
[22] Nasikh Ulwan Pendidikan Seks, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), hlm 1

2 komentar:

  1. alhamdulilah yaa, setelah saya membacanya saya merasakan ada pelajaran besar yang masuk dalam diri saya :) terimakasih untuk orang yang bikib artieel ini

    BalasHapus
  2. Info ini ber manfaat semoga ini jadi ladang amal tak terhingga .barakalloh

    BalasHapus