BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini globalisasi telah merasuk di banyak lapisan masyarakat.
Globalisasi ini mendukung berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
maju. Sumbangsih kemajuan IPTEK terhadap pemenuhan kebutuhan manusia akan akses
informasi adalah manfaat fositif dari
yang dirasakan manusia . Namun seiring dengan kemajuan itu, timbul pula suatu efek
negetif berupa penyalah gunaan yang berakibat sangat fatal bagi generasi
penerus bangsa yaitu kebebasan akan akses pornografi yang bisa di jelajah oleh
semua usia dan kalangan.
Secara harfiyah pornografi diartikan sebagai bacaan atau
gambar-gambar cabul.[1]
Dalam Islam, mengumbar aurat, melukiskan atau menceritakan hubungan intim
adalah dilarang, juga sesuatu yang dapat membangkitkan gairah seksual sehingga
memicu penyaluran bukan pada tempat yang dihalalkan adalah haram. Sebab telah
terbukti kerusakannya, tidak saja pada orang dewasa bahkan anak-anak yang belum
menikah.
Akbibat dari penyalah gunaan tersebut sangat beragam, berdampak terbesar
tenrunya adalah rusaknya moralitas generasi
bangsa terutama bagi anak-anak. Oleh karena itu perlu adanya usaha preventif
dari orang tua dan guru sebagai usaha pengajaran dan penyadaran akan pendidikan
seks bagi anak-anak.
Selain dikarnakan dampak globalisasi. Dewasa ini anak sering
mengalami kebingungan dan keraguan menjalani tugas perkembangannya terutama
dibidang seksualitas, hal ini disebabkan adanya beberapa penomena sebagai
berikut:[2]
1.
Mereka
melihat angka perceraian melonjak tinggi, sehingga secara mental, mereka
merindukan perkawinan yang lestari.
2.
Ditengah-tengah
masyarakat yang merelatifkan semua nilai, mereka mendambakan nilai absolut,
ditengah-tengah masyarakat yang saling mencurigai, mereka mendambakan
kesetiaan.
3.
Ditengah-tengah
masyarakatb yang hiruk-pikuk dan saling mengenal, mereka mendambakan ketenangan
dan kesendirian merenungi dirinya sebagai laki-laki / wanita.
4.
Dalam
masyarakat yang materialistik, untuk mendambakan semangat kemiskinan, dan
menerima pribadi apa adanya.
5.
Melihat
wanita diperbudak, seks diperdagangkan, orang tua mencari kesenangan tanpa
memperdulikan anaknya, mereka merindukan orang rua yang bertanggung jawab dan
rumah tangga yang damai.
6.
Melihat
masyarakat yang serba merasionalkan sesuatu, tenggelam dalam keangkuhan,
kekuatan dan ilmu oengetahuan, anak mendambakan kecintaan dan kebijaksanaan.
Dari permasalahan diatas yang menjadi latar belakang permasalahan,
maka perlu adanya upaya dalam meyelesaikan permasalahan dengan baik dan benar.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa dampak
pornografi bagi tumbuh kembang anak ?
2.
Bagaimana
peran orang tua dan guru mengatasi dan mengajarkan pendidikan seks kepada
anak-anak?
3.
Bagaimana
pandangan Islam mengenai pendidikan seks?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dunia Anak
1.
Pengertian Anak
Menurut Imam Barnadib dalam bukunya “Pendidikan Perbandingan”
dari hasil peneleitian tentang anak, ia menggambarkan anak sebagai makhluk
aktif, penuh spontanitas dan mempunyai kemampuan aktif.[3]
Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Hadari Nawawi berpendapat bahwa anak adalah
orang yang belum dewasa dan berada dalam masa perkembangan menuju pada
kedewasaan masing-masing.[4]
Pendapat tersebut sejalan dengan pengertian anak yang diungkapkan oleh Zakiyah
Darajat bahwa anak adalah seorang atau sekelompok orang yang belum dewasa yang
masih dalam taraf perkembangan dan memerlukan bimbingan dan pembinaan dari
orang dewasa.[5]
Tiga definisi diatas menunjukan pengertian anak secara luas,
yang dimaksud anak dari definisi tersebut adalah semua orang yang masih dalam
taraf perkembangan dan belum dewasa, yang meliputi:
a.
Masa
bayi
b.
Masa
kanak-kanak
c.
Masa
usia sekolah dasar
d.
Remaja
Kemudian setelah itu tidak lagi disebut anak tetapi merupakan
individu yang telah dewasa. Bila merujuk pada pendapat di atas, berarti yang
dimaksud dengan anak adalah orang yang beumur nol sampai 21 tahun, karena
batasan anak adalah kedewasdaan seseorang dan pada umumnya orang tersebut
disebut dewasa apabila mencapai usia 21 tahun.
Lain halnya dengan pengertian anak menurut Dr. Kartini Kartono.
Menurut beliau, anak adalah manusia kecil yang usianya antara 6-12 tahun.[6]
Pengertian ini tentunya lebih sempit dibandingkan pengertian di atas sebab
pengertian yang beliau kemukakan hanya meliputi sebagian tahapan dari beberapa
perkembangan anak.
2.
Ciri-ciri Khas Anak
Sis. Heyster seorang ilmu pengetahuan jiwa anak membagi masa anak
menjadi stadium yang mencerminkan ciri-ciri khas anak, yaitu[7]:
a.
Stadium Pertama (4-8 Tahun)
Disebut
sebagai stadium Realis Fatastis. Pada masa ini anak sudah mulai
melepaskan diri dari lingkungan keluarga dan mulai mengenal orang lain. Mereka
memenuhi pikiran jiwanya dengan menggunakan permainan dan fantasinya sebagai
suatu kenyataan.
b.
Stadium II (8-10 Tahun)
Disebut
sebagai stadium Realisme Naif. Ciri stadium ini adalah keserasian
bersekolah yang lebih besar, lebih mudah dan mengikuti pelajaran. Dia mulai
bekerja dengan analisis yang objektif dan mempunyai pengetahuan yang lebih
besar meskipun masih dangkal dan bersifat naif, pengetahuannya terpisah-pisah
senang menyelidiki dan memproduksi tanggapannya dengan baik-baik terhadap
sesuatu yang telah diamati.
c.
Stadium III (10-12 Tahun)
Masa
ini disebut masa Realisme Refleksif. Cirinya adalah anak mulai berfikir
terhadap realita dan mereaksinya secara kritis dan berdasarkan pertimbangan.
Masa ini enderung lebih senang dalam
keadaan bebas.
B.
Pertumbuhan dan Perkembangan Seks Anak
Dalam kehidupan anak, ada dua proses yang beropesari secara terus
menerus yaitu pertumbuhan dan perkembangan, dimana kedua proses tersebut
berlangsung secara interdependensi.
Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai
akibat dari peoses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara
bertahap dan normal pada anak yang sehat pada siklus waktu tertentu. Sedangkan
perkembangan adalah merupakan suatu perubahan psikofisik sebagai hasil
dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada anak yang ditunjang oleh
faktor lingkungan serta proses belajar dalam siklus waktu tertentu.
Dalam pertumbuhan seksual anak, dapat dilihat dari adanya atau
munculnya ciri-ciri badaniyah yang nampak dari luar dan kelnjar-kelenjar
indoktrin yang berkaitan dengan seks. Ciri-ciri badaniah tersebut akan
membedakan antara jenis seks laki-laki dengan peremuan, sedangkan kelenjar
indoktrin akan mempengaruhi seksualitas anak.[8]
Perkembangan seksual dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu
faktor intern (bakat) dan faktor ekstern (lingkungan).[9]
Jadi pertumbuhan-pertumbuhan yang terjadi, selain dipengaruhi oleh adanya
perubahan-perubahan fisik juga dipengaruhi oleh pendidikan keluarga yang didalamnya
terdapat peran keluarga terutama kedua orang tuanya.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan pertumbuhan seksual anak
adalah suatu perubahan fisiologis pada diri anak sebgai akibat dari adanya
proses pematangan fungsi-fungsi seksualnya. Istilah pertumbuhan seksual anak
adalah meliputi pertumbuhan-pertumbuhan yang bersifat badaniyah, seperti mulai
bekerjanya hormon seksual anak yang mempengaruhi pertumbuhan-pertumbuhan
fisiknya seperti tumbuhnya rambut/ bulu pada area tertentu, jakung, payudara
dan lain-lain.
C.
Dampak Pornografi bagi Anak
1.
Hamil diluar nikah
Masalah ini jelas merupakan resiko
yang paling utama jika kita melakukan seks sebelum nikah, atau berhubungan
badan ketika kita masih pacaran. 9 dari 10 pasangan muda-mudi yang kini telah
menikah berkata bahwa pernikahannya terjadi karena faktor hamil duluan. Jika
kita menikah karena hamil diluar nikah maka bersiaplah dengan resiko sebuah
pernikahan.
2.
Secara fisik anda akan nampak lebih kendor
Fisik bagi remaja adalah salah satu
sarana pergaulan yang bagus. Dengan fisik yang sempurna, anda akan dengan mudah
mendapat teman bukan, bahkan mendapat pacar yang anda inginkan pun anda mungkin
saja bisa. Namun jika anda pernah melakukan hubungan badan dengan lawan jenis
(terlebih wanita) maka anda akan nampak lebih kendor dari pada teman anda yang
belum pernah melakukan hubungan intim. Payudara mengendor, bokong kendor dan
ciri fisik lain yang sudah mulai berubah.
3.
Secara mental anda akan merasa bersalah
Bagi orang normal, perbuatan seks
bebas adalah perbuatan yang menyimpang dan dosa. 10 dari 10 wanita yang pernah
melakukan hubungan seks sebelum menikah mengaku menyesal dengan apa yang sudah
ia lakukan.
4.
Anak akan menjadi pecandu
Alasan beberapa orang untuk tidak
menghentikan kebiasaannya melakukan seks diluar nikah adalah karena sulitnya
membendung hasrat untuk tidak melakukan perbuatan mesum itu lagi. Mereka
mengaku seperti kecanduan, dan ingin terus melakukannya lagi. Itulah sebabnya
Seks bagaikan candu yang siap menghinggapi siapa saja yang telah mencobanya.
Maka jangan coba-coba melakukan seks bebas, apalgi bagi anda yang masih
pelajar.
5.
Resiko terjangkit PMS (penyakit menular seks)
Penyakit seks bisa saja menjumpai seseorang
yang suka melakukan hubungan badan tidak dengan pasangan anda, hati-hatilah.
6.
Aborsi dan dosa besar
Ketiika seseorang hamil diluar pernikahan, tentu saja anda akan
bingung dan mencari cara agar tidak ketahuan oleh orang lain. Nah cara aborsi
ini yang sangat berbahaya, disamping berbahaya bagi keselamatan jwa anda juga
dosa besar bagi anda yang telah membunuh anak anda sendiri.
D.
Pentinya Pendidikan Seks Bagi Anak
1.
Pengertin Pendidikan Seks
Pendidikan seks adalah bagian dari komponen pokok kehidupan yang
dibutuhkan manusia, karena pada dasarnya mengkaji pendidikan seks pada
hakekatnya adalah mengkaji kebutuhan hidup.[10]
Kajian seks dalam konsep pendidikan lebih menitik beratkan pada bidang
kurikulum. Karena selama ini terdapat dua kubu yang pro dan kontra menanamkan
pendidikan seks di bangku sekolah. Berdasarkan penelitian Lund University dari
Swedia dan WHO di 26 Negara Ero[a dari 53 Negara Eropa yang tergabung dalam
kerja WHO, seperti Beanda dan Denmark yang mendukung adanya pendidikan seks,
akan tetapi, Republik Ceko, Inggris, Italia, Polandia, Jerman, dan Irlandia
menolak.[11]
2.
TujuanPendidikan Seks
Meski adanya prokontra mengenai pandidikan seks jika merujuk kepada
keterangan di atas, namun bisa kita anaisis panting atau tidaknya dari aspek
tujuan di adakannya pendidikan seks. Berikut tujuan pendidikan seks menurut
Moh. Rosyid. M.Pd. adalah:
a.
Memeberikan
pemahaman dengan benar tentang materi pendidikan seks diantaranya memahami
organ reproduksi, identifikasi dewasa/ baligh, kesehatan seksual, mengetahui
penyimpangan-penyimpangan seksual dan mengetahui bahanyanya seks bebas.
b.
Menepis
pandangan khayalak umum tentang pandidikan seks yang dianggap tabu, tidak
islami, seronok dan lain-lain. Karena ketidak tahuannya itu tentang muatan
pendidikan seks sendiri dan terlalu ekstrimis memandang pendidikan seks adalah
yang menjadi alasan faham yang menganggap psndidikan seks itu tabu.
c.
Pemahaman
terhadap pendidikan seks pada dasarnya adalah memahami ajaran agama.
d.
Pemberian
materi pendidikan seks yang disesuaikan dengan usia peserta didik memberi harapan
baru mencetak generasi yang cerdas dan terjaga dan sehat.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa pendidikan seks itu perlu
dilaksanakan, walaupun bukan muatan pendidikan yang terdaftar dalam ranah
kurikulum yang ditetapkan, namun pendidikan seks bisa dilakukan dengan
menyelipkan informasi yang gunanya untuk menyadarkan peserta didik mengenai
pentingnya pendidikan sek. Hal ini bisa dilakukan oleh guru ketika siswa berada
di lingkungan sekolah, ataupun orang tua ketika anak berada di lingkungan
masyarakat.
E.
Peran Guru dan Orang Tua
Dunia yang sarat akan imitatif, artinya apa yang mereka tangkap
dengan indra mereka bisa jadi itu yang akan dilakukannya, oleh karena itu perlu
adanya pendampingan dari orang tua dirumah dan guru disekolah agar anak tidak
terjerumus kedalam dampak negatif dari informasi yang membawa mereka kepada
pergaulan bebas yang berujung kepada gaya hidup yang tidak baik.
Menurut Muhammad Sa’id Mursi, pendidikan seks
dapat dimulai sejak dini, karena pendidikan seks tidak hanya mencakup pada
pertanyaan dan jawaban belaka. Contoh teladan, pembiasaan akhlak yang baik, penghargaan
terhadap anggota tubuh, menanamkan rasa malu bila aurat terlihat orang lain
ataupun malu melihat aurat orang lain dan lain sebaginya juga termasuk
pendidikan seks bagi anak-anak perlu ditanamkan dalam diri anak sejak dini. Berikut dibawah ini adalah upaya guru dan orang tua untuk
mengjarkan pendiikan seks pada anak-anak:
1.
Peran Orang Tua Dalam Mengajarkan Pendidikan Seks Pada Anak
a. Siap memberikan
pendidikan seks setiap saat
Menghadapi
perkembangan seks pada anak dan kelakuan anak yang selalu ingin tahu terhadap
seks yang kemungkinan bisa muncul sewaktu-waktu, sebagai orang tua kita harus
selalu siap dan harus dapat menyesuaikan diri, serta memanfaatkan kesempatan
untuk memberikan bimbingan. Misalnya, ketika nonton TV bersama anak, lalu muncul
tayangan kekerasan atau pun pelecehan seksual, harus segera memberikan
bimbingan kepada anak agar anggota tubuhnya sendiri tidak dibiarkan untuk
sembarangan disentuh oleh orang lain, suatu konsep untuk menghormati dan
menghargai tubuh sendiri.
b. Memberi teladan dan
bimbingan lisan secara bersamaan
Sikap dari pelaksana pendidikan seks sangatlah
penting, sikap dan kelakuan dari para orang tua sering kali menjadi panutan
bagi anak-anak mereka, menjadi bahan perbandingan, bersamaan itu juga
dimanifestasikan dalam tingkah lakunya. Jika orang tua mereka sendiri memiliki
sikap seks yang tidak tepat, misalkan menganggap seks itu kotor, tabu dan
berdosa, maka bisa mempengaruhi secara langsung konsep seks pada diri
anak-anak.
c. Menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat
Para orang tua harus memperkaya diri dengan
pengetahuan dan informasi tentang seks yang benar, dan ketika anak mengajukan
pertanyaan, harus didengar dan dipahami motif di balik pertanyaan anak itu,
mengklarifikasi masalah dari anak, serta memberi jawaban yang sederhana dan
tepat. Misalkan, ketika memberi bimbingan yang berkaitan dengan alat kelamin
harus menggunakan istilah yang benar seperti 'penis' dan jangan menggunakan
istilah 'burung' atau lainnya sebagai pengganti. Biarkan anak mengenal istilah
yang benar sejak dini. Ketika memberikan bimbingan dan menjawab pertanyaan,
sikap harus rileks dan wajar, jangan membiarkan perasaan dan nada suara tegang
mempengaruhi anak.
d. Penekanan untuk menghormati dan privasi
Menghormati dan privasi adalah konsep penting di dalam
pendidikan seks, biarkan anak dalam penjelajahan rasa ingin tahunya tentang
seks, mereka juga belajar menghormati orang lain. Memberi bimbingan jangan
sembarangan menjamah bagian tubuh yang bisa membuat orang lain tidak nyaman,
misalnya bagian dada dan lain-lain.
Pendidikan seks
bila dilakukan oleh orang tua sebagai orang yang paling dekat bagi si anak akan
dapat membuat anak merasa aman selama dalam proses penjelajahan terhadap
masalah seks. Dan dengan peran orang tua untuk berkomunikasi dalam keluarga
secara positif dapat membuat anak mengerti bagaimana mencegah berperilaku
negatif. Penyampaian pengetahuan seks secara benar, akan menentukan nilai
pandang dan sikap mereka terhadap seks, dan hal ini juga sangat menentukan
keharmonisan keluarga anak di kemudian hari.
1.
Peran Guru Dalam Mengajarkan Pendidikan Seks Pada Anak
Guru adalah pusat informasi sekaligur pusat perubahan bagi siswa
dikeas, oleh karena itu guru mempunyai peran yang penting dalam mengajarkan
pendidikan seks kepada siswa dengan menggunakan materi dan metode yang sesuai
dengan usia peserta didik. Berikut adalah materi dan metode pendidikan seks
pada anak.
a.
Materi Pendidikan Seks pada Anak
Materi secara
umum berarti isi dari sesuatu/ bahan.[12]adapun
yang dimaksud dengan materi pendidikan seks adalah bahan yang harus disampaikan
kepada seseorang atau sekelompok orang dalam usaha membimbing dan mengarahkan
perkembangan seksual agar is terbebas dari manipulasi dibidang seks dan dapat
bertanggung jawab terhadap seksualitasnya.
Rono Sulistyo
dalam bukunya “Pendidikan Seks” membuat rencana pendidikan seks menurut
golongan umur sebagai berikut:[13]
1.
7-10
tahun
Materi
tentang reproduksi pada umumnya yang terjadi pada binatang-binatang kemudian
disusul tentang konsep pada manusia, mulai bertemunya ovum dengan sperma.
2.
11-13
tahun
Mengenai
embriologi alat kelamin dalam, anatomi, dan terjadinya tanda-tanda kelamin
sekunder, menstruasi, uraian mendetai tentang konsepsi dan persalinan,
perkosaan, dan penyimpangan-penyimpangan prilaku seksual bila mereka
menanyakannya. Perlu diberikan nasihat pada mereka tentang sikap hati-hati
terhadap orang yang tidak dikenal.
3.
14-16
Materi-materi
mengenai seksual intercouse, premerital intercouse, promiscuity, illigtimasi,
dan VD, sera diterangkan aspek-aspek sosial dari hubungan seks dan tanggung
jawab dari hubungan seks. Selain itu perlu adanya diskusi-diskusi tentang rumah
tangga dan keluarga sebagai dasar dari suatu masyarakat.
Dr. A. Nasikh Ulwan mengemukakan dasar-dasar materi pendidikan seks
berdasarkan tingkat usia anak sebagai berikut:[14]
1.
Usia
7-10 Tahun
Anak diajari sopan santun, seperti meminta izizn masuk rumah dan
sopan santun memandang.
2.
Usia
10-11 Tahun
Anak dijauhkan dari hal-hal yang membangkitkan nafsu birahi.
Penulis tambahkan seoerti membatsi tontonan-tontonan yang kurang baik di
televisi, membaca dan melihat hal-hal yang fulgar.
3.
Usia
14-16 tahun
Anak diajari etika bergaul dengan lawan jenis bila ia sudah matang
untuk menempuh perkawinan.
4.
Setelah
melewati usia remaja, anak diajari etika menahan diri bila ia belum mampu
kawin.
Dari pendapat yang berbeda diatas, penulis lebih setuju kepada
pendapat yang kedua, dimana nilai-nilai agama harus disampaikan seiring dengan
menyampaikan pandidikan seks. Nilai-nilai agama harus ditanamkan sekuat mungkin
pada anak, sehingga nilai-nilai agama tersebut menjadi prinsip dalam hidupnya.
F.
PANDANGAN ISLAM TERHADAP PENDIDIKAN SEKS
Dalam lingkup Pendidikan Islam, Pendidikan seks merupakan bagian
dari pendidikan akhlak dan pendidikan akhlak merupakan bagian dari pendidikan
agama Islam.[15]
Oleh karena itu, dasar pendidikan seks sama dengan dasar pendidikan agama
Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Adapun yang menjadi dasar dan petunjuk pelaksanaan pensisikan seks
dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Artinya:
Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan
Dan dasar Pendidikan seks dalam hadits adalah sebagai berikut yang
artinnya:
“Dari Abi Hurairah r.a berkata: ketika Rasulullah SAW ditannya:
apakahyang banyak memasukan orang kedalam surga? Beliau menjawab: “takwa kepada
Allah dan akhlak yang baik”. Dan ditanya apakah yang banyak memasukan orang ke
dalam neraka? Beliau menjawab: “mulut dan faraj.” (Diriwayatkan oleh
Tirmidzi dan Hadis ini Hasan dan Sohih).[16]
Dari ayat dan hadits diatas, memberikan pengertian bahwa ada
perintah untuk memberi bimbingan dan penyelenggaraan pendidikan, baik terhadap
diri sendiri maupun kepada keluarga agar tetap berada dijalan yang diridhoi
Allah dan terhindar dari godaan-godaan yang dapat menyesatkan dan memasukan
mereka kedalam api Neraka. Salah satu godaan itu adalah nafsu seksual yang tak
terkendali dan terlepas dari kontrol iman.
Telah menjadi sunatullah bahwa untuk melangsungkan kehidupan
makhluk hidup, Allah menjadikan sesuatu berpasang-pasangan dalam dunia manusia.
Allah menjadikan jenis laki-laki dan perempuan, yang mana keduanya terdapat
perbedaan yang merupakan ciri masing-masing, oleh karena adanya perbedaan jenis
dan perbedaan ciri-ciri tersebut, maka diantara dua jenis itu saling mempunyai
daya tarik dan secara naluri masing-masing mempunyai hasrat untuk saling
mengadakan kontak. Apabila hasrat untuk mengadakan kontak itu dibiarkan
bereaksi secara naluriah, tanpa diatur maka akan mengakibatkan terjadinya
kontak-kontak dalam bentuk liar. Hal inilah yang mengakibatkan merosotnya
martabat manusia dan membawanya terjerumus kedalam pergaulan bebas.[17]
Dari Hadits diatas tersirat makna bahwa pertumbuhan anak telah
memasuki usia tamyiz mulai anak berusia tujuh tahun, masa anak mulai
dapat membeda-bedakan banyak hal yang baik maupun buruk, anak juga sudah bisa
membedakan antara jenis kelaminnya dengan jenis kelamin yang lain, laki-laiki
ataupun perempuan. Mulai usia inilah Islam memberikan peraturan dalam beberapa
hal yang dirasa dapat membimbing anak agar mereka tidak terjerumus kedalam
penyimpangan-penyimpangan. Perhatian tersebut antara lain berupa perintah agar
anak yang telah berusia tujuh tahun mulai dibiasakan mulai mengerjakan sholat
dan dipisah tempat tidurnya. Perintah tersebut mengendung arti yang besar bagi
masa depan anak, guna menanamkan jiwa keagamaan dengan jalan perbuatan yang
dibiasakan sejak dini. Pemisahan tempat tidur anak amat penting artinya bagi
pertumbuhan jiwa anak-anak termasuk perkembangan seksualnya.[18]
Menurut Ali Akbar, tanggung jawab orang tua dalam membentuk pribadi
anak tidak hanya mencangkup masalah keimanan saja, tetapi juga pembentukan
akhlaqul kaliimah, baik dalam akhlak seksual maupun akhlak lainnya. Dengan
demikian, jelas bahwa aqidah,ibadah, dan akhlak mempunyai peranan yang besar
dalam membentuk pribadi muslim pada anak.[19]
G.
Tujuan Pendidikan Seks Dalam Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Seks secara umum adalah menyiapkan dan membentuk
manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia, dapat
mempergunakan fungsi seksualnya dengan baik dan dapat bertanggung jawab
terhadap seksnya baik dari segi individu, sosial dan agama.[20]
Sedangkan pendidikan seks diberikan kepada anak, secara umum
mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.
Menjadikan
anak bangga dengan jenis kelaminnya.
2.
Membantu
anak merasakan bahwa seluruh anggota jasmani dan tahap-tahap pertumbuhannya
sesuai dengan yang diharapkan.
3.
Mempersiapkan
anak menghadapi perubahan yang akan terjadi kepada dirinya.
4.
Anak
mengerti masalah proses berketurunan dengan baik.
5.
Menciptakan
kesadaran pada diri anak bahwa masalah seks adalah salah satu sisi fositif
konstruktif dan terhormat dalam kehidupan masyarakat.
6.
Memperkenalkan
etika yang berlaku dalam masyarakat.
Sedangkan tujuan dari pendidikan seks dalam pendidikan agama Islam
adalah mempersiapkan seorang muslim yang mampu membangun keluarga yang sakinah
mawadah warrohmah. Adapun tujuan pendidikan seks sebagaimana yang tersebut di
atas dapat dilihat dari beberapa pendapat yang diutarakan oleh para pemikir
Islam sebagai berikut:
1.
Tujuan
diadakannya pendidikan seks menurut Sayyid Muhammad Ridho, adalah membantu anak
didik agar dapat bertanggung jawab atas penggunaan alat kelaminnya, dan mampu
menjaga dirinya dari pelanggaran-pelanggaran seksual.[21]
Ali Akbar menjelaskan bahwa pendidikan seks dilaksanakan dengan
tujuan mengarahkan dorongan seksual kepada keimanan, kepatuhan kepada Allah dan
Rasul-Nya, yaitu dengan menjalankan perintahnya, dan menjauhi larangannya.
BAB III
KESIMPULAN
Dampak dari pornografi sangat beragam, dari mulai dampak bagi diri
sendiri seperti kondisi fisik yang cepat melemah maupun dampak sosial seperti
halnya di jauhi dan dikucilkan oleh masyarakat. Namujn dampak yang paling besar
adalah rusaknya moralitas generasi penerus negri.
Dunia yang sarat akan imitatif, artinya apa yang mereka tangkap
dengan indra mereka bisa jadi itu yang akan dilakukannya, oleh karena itu perlu
adanya pendampingan dari orang tua dirumah dan guru disekolah agar anak tidak
terjerumus kedalam dampak negatif dari informasi yang membawa mereka kepada
pergaulan bebas yang berujung kepada gaya hidup yang tidak baik.
Beritut beberapa cara orang tua untuk mengajarkan pendidikan seks
kepada anak:
1. Penekanan untuk menghormati dan privasi
2. Menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat
3. Memberi teladan dan bimbingan
lisan secara bersamaan
4. Siap memberikan pendidikan seks
setiap saat
Selain orang tua guru juga mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pengajaran pendidikan seks karena guru adalah pusat informasi sekaligur
pusat perubahan bagi siswa dikeas, oleh karena itu guru mempunyai peran yang
penting dalam mengajarkan pendidikan seks kepada siswa dengan menggunakan
materi dan metode yang sesuai dengan usia peserta didik. Berikut adalah materi
dan metode pendidikan seks pada anak.
Dr. A. Nasikh Ulwan mengemukakan dasar-dasar materi pendidikan seks
berdasarkan tingkat usia anak sebagai berikut:[22]
1.
Usia
7-10 Tahun
Anak diajari sopan santun, seperti meminta izizn masuk rumah dan
sopan santun memandang.
2.
Usia
10-11 Tahun
Anak dijauhkan dari hal-hal yang membangkitkan nafsu birahi.
Penulis tambahkan seoerti membatsi tontonan-tontonan yang kurang baik di
televisi, membaca dan melihat hal-hal yang fulgar.
3.
Usia
14-16 tahun
Anak diajari etika bergaul dengan lawan jenis bila ia sudah matang
untuk menempuh perkawinan.
4.
Setelah
melewati usia remaja, anak diajari etika menahan diri bila ia belum mampu
kawin.
Dalam lingkup Pendidikan Islam, Pendidikan seks merupakan bagian
dari pendidikan akhlak dan pendidikan akhlak merupakan bagian dari pendidikan
agama Islam. Oleh karena itu, dasar pendidikan seks sama dengan dasar
pendidikan agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Dalam Al-Qur’an perintah
untuk mendidik diri sendiri dan keluarga telah di tuliskan dalam Al-Qur’an QS
At-Tahrim ayat 6 dan juga dari hadits nabi yang artinya:
Dari Abi Hurairah r.a berkata: ketika Rasulullah SAW ditannya:
apakahyang banyak memasukan orang kedalam surga? Beliau menjawab: “takwa kepada
Allah dan akhlak yang baik”. Dan ditanya apakah yang banyak memasukan orang ke
dalam neraka? Beliau menjawab: “mulut dan faraj.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Hadis ini Hasan dan Sohih).
Telah menjadi sunatullah bahwa untuk melangsungkan kehidupan
makhluk hidup, Allah menjadikan sesuatu berpasang-pasangan dalam dunia manusia.
Allah menjadikan jenis laki-laki dan perempuan yang saling mempunyai daya tarik dan secara naluri
masing-masing mempunyai hasrat untuk saling mengadakan kontak. Apabila hasrat
untuk mengadakan kontak itu dibiarkan bereaksi secara naluriah, tanpa diatur
maka akan mengakibatkan terjadinya kontak-kontak dalam bentuk liar. Hal inilah
yang mengakibatkan merosotnya martabat manusia dan membawanya terjerumus kedalam
pergaulan bebas.
Tujuan dari pendidikan seks dalam pendidikan agama Islam adalah
mempersiapkan seorang muslim yang mampu membangun keluarga yang sakinah mawadah
warrohmah
DAFTAR PUSTAKA
A. Azhar Bashir, 1996, Ajaran Islam Tentang Pendidikan Seks,
Hidup Berumah Tangga dan Pendidikan Anak, Bandung: Al-Ma’rif,
Nasikh Ulwan, 1996, Pendidikan Seks, Bandung: Remaja Rosda
Karya
Zuhairini dkk, 1983, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya
: Usaha Nasional
[1]
Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Arkola: Surabaya, tt), hlm 611
[2] Joban
Suban Tukan, Metode Pendidikan Seks, Perkawinan dan Keluarga, (Jakarta:
erlangga, 1994 ), hlm.17
[3]
Imam Barnadib, Perbandingan Pendidikan, buku 1 (Yogyakarta: Andi Ofset,
1991), hlm. 79
[4] H.
Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: Al-Ihklas, 1993), hlm. 115
[5]
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990 ), hlm. 109.
[6]
Kartono Kartini, Psikologi Anak, Psikologi Perkembangan (Bandung: 1990),
hlm. 133
[7] Agus Suyanto, Psikologi
Perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru ), hlm. 84.
[8]
Sarito Wirawan Sarwono, Peranan Orang Tua dalam Pendidikan Seks,
(Jakarta: Rajawali, 1992 ), hlm. 12
[9]Ibid,
hlm. 52
[10]
Moh. Rosyid, Pendidikan Seks, Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks Yang Lebih
Normal, (Syiar Media Publising: Semarang, 2007) hlm. 83-84
[11]
Jawa Pos, 14 Desember 2006, hlm.6
[12]
Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1983 ), hlm. 79
[13] Dr.
R. Sulistyo, Pendidikan Seks, (Bandung: Ellstar, tt), hlm. 21-22
[14] Nasikh Ulwan Pendidikan
Seks, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), hlm 1
[15] Ali Akbar, Seksualitas
Ditinjau dari Hukum Islam, (Jakarta: Gholia Indonesia, 1982). Hlm.17.
[16] Ibid.,hlm.
511.
[17] A. Azhar
Bashir, Ajaran Islam Tentang Pendidikan Seks, Hidup Berumah Tangga dan
Pendidikan Anak, (Bandung: Al-Ma’rif, 1996), hlm. 10
[18] Suraji dan
Sofiarahmawatie, Pendidikan Seks bagi Anak, Penduan Keluarga Muslim,
(Jogjakarta: Pustaka Fahima, 2008), hlm.117.
[19] Ali Akbar, Op.Cit,
hlm. 41
[20] Rono Sulistyo,
Pendidikan Seks, (Bandung: Ellstar Offset, tt), hlm. 19.
[21] Sayyid
Muhammad Ridho, Perkawinan dan Seks dalam Islam, (Jakarta: 1996), hal.
15
[22] Nasikh Ulwan Pendidikan
Seks, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), hlm 1
alhamdulilah yaa, setelah saya membacanya saya merasakan ada pelajaran besar yang masuk dalam diri saya :) terimakasih untuk orang yang bikib artieel ini
BalasHapusInfo ini ber manfaat semoga ini jadi ladang amal tak terhingga .barakalloh
BalasHapus