Senin, 30 April 2012

Hasil Belajar Afektif Dalam PAI


Hasil belajar afektif adalah hasil belajar yang berkaitan dengan minat, sikap dan nilai- nilai. Hasil belajar ini pula yang harus diperhatikan  oleh guru PAI sebab, hasil belajar ini tidak kalah penting dengan jenis hasil belajar  kognitif dan psikomotor. Sebagaimana kedua jenis hasil belajar sebelumnya, hasil belajar afektif ini juga terdiri dari beberapa tingkat/ jenjang, yaitu:
                                                      1.            Receiving atau Attending
Kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang dating kepada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kpada; kesadaran yaitu keinginan untuk mentuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Receiving ini dapat diartikan pula sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek,  dan hasil belajar dalam tingkat ini adalah berwujud pada suatu kesadaran bahwa sesuatu itu ada, sampai kepada minat khusus dari pihak peserta didik itu sendiri. Contoh peserta didik segera membuang sampah pada tempatnya begitu ia melihat sampah berserakan, begitu juga dengan dirinya yang tidak membuang sampah sembarangan dan slalu pada tempatnya.
                                                      2.            Responding
Responding atau menanggapi mengandung arti adanya partisipasi aktif dari peserta didik. Pada tingkat ini peserta didik tidak hanya bersedia atau mau memperhatikan penjelasan guru saja, tetapi peserta didikpun mampu untuk bereaksi aktif. Misalnya dalam pembelajaran Al-Qur’an- Hadits, hasil afektif tingkat responding ini adalah kesediaan peserta didik untuk bertanya seputar asbabunnuzulnya ayat, asbabul wurudnya hadits dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Selain itu peran aktif dengan sesama perserta didikpun terlihat, seperti diskusi dan saling melengkapi satu samalainya.
                                                      3.            Valuing
                        Valuing artinya memberikan penialian atau menghargai. Menghargai artinya memberikan nilai pada suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Penilain atau penghargaan ini berkenaan dengan nilai dan kepercayaan peserta didik terhadap gejala atau stimulus yang ditimbulkan. Pertanyaanya, bagaiman bentuk hasil belajar tingkat valuing ini dalam pembelajaran PAI ? tentunya sebagai seorang guru harus bisa menumbuhkan minat pada diri peserta didik, baik itu malalui metode ataupun stategi pengajaran yang digunakan.
Seorang guru pasti menginginkan peserta didiknya mempelajari dengan baik suatu nilai atau prilaku dan kemudian mampu mengamalkanya. Misalnya ketika diajarkan bahwa membaca Al-Qur’an itu merupakan ibadah dan mendapat pahala, kemudian anak didik tersebut mau mengamalkanya setiap hari. Kemampuan seperti ini adalah merupakan contoh dari hasil belajar tingkat valuing.
                                                      4.            Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
Artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Level ini berkaitan dengan menyatukan nilai- nilai yang berbeda- beda, menyelesaikan konflik diantara nilai- nilai itu, dan mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara internal. Hal ini member penekanan kepada: membandingkan, menghubungkan dan mensintesakan nilai- nilai. seperti contoh dalam pembelajaran PAI peserta didik diajarkan kejujuran, sifat amanah, adil dan sebagainya. Di sisi lain anak didik melihat apa yang terjadi dilingkungan masyarakatnya banyak diwarnai ketidak jujuran, ketidak adilan, tidak amanah dan sebagainya, dalam keadaan demikian terjadi pergolakan dalam diri anak didik. Namun anak yang mampu mengatasi masalah tersebut karena ia telah memiliki kempuan mengorganisasikan masalah tersebut dengan cara membandingkan dengan apa yang ia ketahui dan menghubungkan dengan kejadian tersebut sehingga menghasilkan suatu nilai yang lebih universal, kuat dan tidak tergoyahkan.
Hasil belajar afektif jenjang organisasi ini berkaitan dengan konseptualisasi suatu nilai, misalnya; mengakui tanggung jawab tiap individu untuk memperbaiki hubungan- hubungan manusia.

                                                      5.            Characterization by a value or value complex (karakterisasi dengan satu nilai atau nilai kompleks)
Yakni keterpaduan semua (Receiving atau Attending,  Responding,  Valuing  dan Organization) sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Tingkatan ini proses internalisasi telah menduduki tempat tertinggi dalam suatu urutan nilai sehingga nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya  dan mempengaruhi emosinya. Individu yang memiliki kemampuan afektif pada tingkatan ini bererti ia telah memiliki filosofi hidup yang mapan karena individu tersebut telah memiliki sistem yang mengontrol tingkah lakunya sehingga membentuk karakteristik pola hidup, tingkah lakunya menetap dan konsisten. Dalam pembelajaran PAI misalnya, anak didik diajari tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Maka nilai- nilai menjaga dan melestarikan lingkungan ini benar- benar telah menjadi komitmen pada dirinya.

            Jadi pada kesimpulanya hasil belajar afektif ini lebih menekan kepada kesan yang berupa sikap dan nilai-niai yang dapat ditangkap oleh peserta didik dalam merealisasikan nilai-nilai tersebut pada kehidupan keseharianya. Dalam mengevaluasi hasil belajar afektif ini seorang guru tidak dapat menerapkan metode soal baik esai ataupun pilihan ganda, karena hasil belajar afektif ini lebih cenderung bersifat abstrak. Oleh karena itu dalam mengavaluasi hasil belajar afektif ini dibutuhkan adanya tehnik wawancara (orang tua, teman terdekatnya) maupun observasi serta pengamatan langsung terhadap peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar