Hasil belajar afektif adalah hasil belajar yang berkaitan dengan
minat, sikap dan nilai- nilai. Hasil belajar ini pula yang harus
diperhatikan oleh guru PAI sebab, hasil
belajar ini tidak kalah penting dengan jenis hasil belajar kognitif dan psikomotor. Sebagaimana kedua
jenis hasil belajar sebelumnya, hasil belajar afektif ini juga terdiri dari
beberapa tingkat/ jenjang, yaitu:
1.
Receiving atau
Attending
Kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang dating
kepada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam
tipe ini termasuk kpada; kesadaran yaitu keinginan untuk mentuk menerima
stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Receiving ini
dapat diartikan pula sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau
suatu objek, dan hasil belajar dalam
tingkat ini adalah berwujud pada suatu kesadaran bahwa sesuatu itu ada, sampai
kepada minat khusus dari pihak peserta didik itu sendiri. Contoh peserta didik
segera membuang sampah pada tempatnya begitu ia melihat sampah berserakan,
begitu juga dengan dirinya yang tidak membuang sampah sembarangan dan slalu
pada tempatnya.
2.
Responding
Responding atau menanggapi mengandung arti adanya partisipasi aktif dari
peserta didik. Pada tingkat ini peserta didik tidak hanya bersedia atau mau
memperhatikan penjelasan guru saja, tetapi peserta didikpun mampu untuk
bereaksi aktif. Misalnya dalam pembelajaran Al-Qur’an- Hadits, hasil afektif
tingkat responding ini adalah kesediaan peserta didik untuk bertanya seputar
asbabunnuzulnya ayat, asbabul wurudnya hadits dan nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya. Selain itu peran aktif dengan sesama perserta didikpun terlihat,
seperti diskusi dan saling melengkapi satu samalainya.
3.
Valuing
Valuing
artinya memberikan penialian atau menghargai. Menghargai artinya memberikan
nilai pada suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Penilain atau
penghargaan ini berkenaan dengan nilai dan kepercayaan peserta didik terhadap
gejala atau stimulus yang ditimbulkan. Pertanyaanya, bagaiman bentuk hasil
belajar tingkat valuing ini dalam pembelajaran PAI ? tentunya sebagai
seorang guru harus bisa menumbuhkan minat pada diri peserta didik, baik itu
malalui metode ataupun stategi pengajaran yang digunakan.
Seorang guru pasti menginginkan peserta didiknya mempelajari dengan
baik suatu nilai atau prilaku dan kemudian mampu mengamalkanya. Misalnya ketika
diajarkan bahwa membaca Al-Qur’an itu merupakan ibadah dan mendapat pahala,
kemudian anak didik tersebut mau mengamalkanya setiap hari. Kemampuan seperti
ini adalah merupakan contoh dari hasil belajar tingkat valuing.
4.
Organization (mengatur
atau mengorganisasikan)
Artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru
yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Level ini berkaitan
dengan menyatukan nilai- nilai yang berbeda- beda, menyelesaikan konflik
diantara nilai- nilai itu, dan mulai membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten secara internal. Hal ini member penekanan kepada: membandingkan,
menghubungkan dan mensintesakan nilai- nilai. seperti contoh dalam pembelajaran
PAI peserta didik diajarkan kejujuran, sifat amanah, adil dan sebagainya. Di
sisi lain anak didik melihat apa yang terjadi dilingkungan masyarakatnya banyak
diwarnai ketidak jujuran, ketidak adilan, tidak amanah dan sebagainya, dalam
keadaan demikian terjadi pergolakan dalam diri anak didik. Namun anak yang
mampu mengatasi masalah tersebut karena ia telah memiliki kempuan
mengorganisasikan masalah tersebut dengan cara membandingkan dengan apa yang ia
ketahui dan menghubungkan dengan kejadian tersebut sehingga menghasilkan suatu
nilai yang lebih universal, kuat dan tidak tergoyahkan.
Hasil belajar afektif jenjang organisasi ini berkaitan dengan
konseptualisasi suatu nilai, misalnya; mengakui tanggung jawab tiap individu
untuk memperbaiki hubungan- hubungan manusia.
5.
Characterization
by a value or value complex (karakterisasi dengan satu nilai atau nilai kompleks)
Yakni keterpaduan semua (Receiving atau Attending, Responding,
Valuing dan Organization)
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya. Tingkatan ini proses internalisasi telah menduduki tempat
tertinggi dalam suatu urutan nilai sehingga nilai itu telah tertanam secara
konsisten pada sistemnya dan
mempengaruhi emosinya. Individu yang memiliki kemampuan afektif pada tingkatan
ini bererti ia telah memiliki filosofi hidup yang mapan karena individu
tersebut telah memiliki sistem yang mengontrol tingkah lakunya sehingga
membentuk karakteristik pola hidup, tingkah lakunya menetap dan konsisten.
Dalam pembelajaran PAI misalnya, anak didik diajari tentang pentingnya menjaga
dan melestarikan lingkungan. Maka nilai- nilai menjaga dan melestarikan
lingkungan ini benar- benar telah menjadi komitmen pada dirinya.
Jadi pada
kesimpulanya hasil belajar afektif ini lebih menekan kepada kesan yang berupa
sikap dan nilai-niai yang dapat ditangkap oleh peserta didik dalam
merealisasikan nilai-nilai tersebut pada kehidupan keseharianya. Dalam
mengevaluasi hasil belajar afektif ini seorang guru tidak dapat menerapkan
metode soal baik esai ataupun pilihan ganda, karena hasil belajar afektif ini
lebih cenderung bersifat abstrak. Oleh karena itu dalam mengavaluasi hasil
belajar afektif ini dibutuhkan adanya tehnik wawancara (orang tua, teman
terdekatnya) maupun observasi serta pengamatan langsung terhadap peserta didik
dalam kehidupan sehari-harinya.